Fujitsu, pemimpin dalam menyediakan solusi bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, menggelar Fujitsu Day 2012, Rabu (3/10). Kegiatan ini sebagai sarana bagi para peserta untuk mengeksplorasi berbagai teknologi dan solusi baru yang memperlebar jalan menuju inovasi sekaligus memastikan masa depan yang lebih baik bagi bisnis, pemerintahan dan masyarakat luas.
Melalui tema “Leveraging the “I” in IT”, Fujitsu dan para mitranya ingin membantu para pelaku bisnis di Indonesia agar mereka bisa lebih baik dalam mendayagunakan informasi untuk mendorong inovasi sekaligus mengoptimalkan infrastruktur TI. Untuk itulah, bisnis harus mengarahkan tujuan investasi TI mereka ke berbagai inisiatif yang bisa mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi bisnis sehingga memberikan fokus yang lebih besar pada aspek “I” dalam “TI.” Namun, untuk melakukan itu bisnis menghadapi tantangan dari ledakan volume data yang didorong oleh proliferasi peranti bergerak, penggunaan media sosial dan kemajuan teknologi sensor seperti RFID.
Fujitsu memaparkan sejumlah tantangan dan peluang TI pada konferensi dan pameran Fujitsu Day 2012 ini. Tema ini menegaskan pentingnya untuk lebih fokus mendayagunakan semua aspek “I” dalam “IT,” yakni Informasi, Infrastruktur, Integrasi dan Inovasi.
“Selama ini jika membicarakan TI, fokusnya lebih banyak pada aspek “T” yakni teknologi. Namun, realitas bisnis baru menunjukkan Fujitsu lebih banyak membantu pelanggan bukan hanya memberdayakan Informasi tetapi juga ketiga “I” yang lain yakni Inovasi, Infrastruktur dan Integrasi untuk mendapatkan nilai maksimal,” kata Achmad Sofwan, Presiden Direktur Fujitsu Indonesia. “Tema “Leveraging the ‘I’ in IT” mengangkat tantangan bisnis masa kini dimana dari mobilitas, media sosial, smart objects, Cloud dan ledakan data ikut membentuk strategi TI dalam menciptakan nilai bagi bisnis.”
Informasi dan Inovasi sudah menjadi “mata uang” untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan mendorong pencapaian tujuan bisnis. Namun tantangannya, operasional bisnis masa kini melibatkan banyak sekali sistem, orang dan proses yang berbeda-beda. Fujitsu sudah memiliki reputasi yang mapan dan kokoh dalam membantu pelanggan mengintegrasikan seluruh unsur tadi, bersama dengan para mitranya.
“Bersama Fujitsu, pelanggan bisa lebih baik dalam memberdayakan investasi yang mereka keluarkan untuk membangun infrastruktur TI. Mereka bisa mendapatkan banyak manfaat dari platform yang terintegrasi –yakni Fujitsu Dynamic Infrastructure yang dibekali dengan solusi-solusi terbaik di kelasnya dari para mitra kami, untuk meluncurkan layanan-layanan inovatif bagi pelanggannya,” ujar Achmad.
Aspek “I” yakni Inovasi –adalah sesuatu yang selalu hadir dalam diri Fujtsu selama lebih dari 77 tahun. Pencarian tanpa henti untuk terus berinovasi berakar dari kepercayaan Fujitsu bahwa perkembangan teknologi itu tidak ada batasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, inovasi Fujitsu mendorong lahirnya visi perusahaan yakni Human Centric Intelligent Society. Visi ini adalah terciptanya jejaring masyarakat yang bermanfaat dan aman, membawa masa depan yang cerah yang bisa mewujudkan mimpi-mimpi orang di seluruh dunia.
“Kami melihat Cloud sebagai sesuatu yang mampu mewujudkan dan mendorong komponen ‘I” tersebut –Informasi, Infastruktur, Inovasi dan Integrasi. Fujitsu memiliki kemampuan untuk membawa beban kerja apa pun ke model Cloud yang tepat, menyediakan pengalaman Cloud yang terpadu kepada pengguna, melalui satu platform manajemen terintegrasi bagi TI,” tutur Achmad.
Perubahan Peran Para CIO
Supaya bisa fokus pada Informasi, Infrastruktur, Integrasi dan Inovasi di tengah berbagai tantangan dan peluang tersebut, peran CIO akan berubah. “CIO masa kini menghadapi pilihan sulit dalam menyusun strategi dan menjalankannya. Ada terlalu banyak teknologi dan tren yang muncul dengan cepat, termasuk Cloud, Big Data, mobilitas, Bring Your Own Device (BYOD), kesinambungan, media sosial –dan masih banyak lagi. Limpahan teknologi yang bersifat disruptif ini menciptakan tekanan sehingga menghasilkan strategi yang tidak konsisten,” kata Craig Baty, Chief Technology & Innovation Officer, Fujitsu Australia dan Selandia Baru. “Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, peran CIO harus berubah dari sekedar operator/penjaga teknologi yang tugasnya hanya membangun, mengoperasikan dan memonitor teknologi, menjadi ‘business enabler’ yang mengatur dan memfasilitasi pencapaian tujuan bisnis melalui teknologi.”
CIO masa kini harus bisa mengubah sudut pandangnya terhadap pekerjaan mereka dengan perspektif baru, memahami dari banyak perspektif, dan bisa menawarkan ide-ide baru. Tidak hanya itu, CIO harus bisa menghadapi berbagai masalah yang terkait dengan orang, proses dan teknologi.
Beralih ke Cloud
Adalah Cloud yang memungkinkan perusahaan mendapatkan manfaat dari upaya memberdayakan Informasi, Infrastruktur, Integrasi dan Inovasi. Untuk itu, organisasi harus mulai mengambil langkah-langkah perubahan fundamental dan menyeluruh untuk mengubah cara penyediaan, penghantaran dan pengelolaan TI. Manfaat dari Cloud itu nyata, yakni menghemat waktu dan menghilangkan komplesitas, mengurangi biaya dan menyesuaikannya dengan kebutuhan bisnis sekaligus menyediakan kesigapan dan kesiagaan terhadap kebutuhan bisnis, sekaligus menciptakan lingkungan yang mendorong inovasi.
“Peralihan ke Cloud berawal dari identifikasi faktor-faktor pemicu eksternal dan internal, dilanjutkan oleh pemahaman proses bisnis dan bagaimana penghantaran serta konsumsinya di tengah berbagai peluang dan tantangan di masa depan, lalu menetapkan kemampuan Cloud yang tepat, apakah itu SaaS, PaaS atau IaaS,” kata Richard Wern, Senior Director, Regional Cloud Computing, Fujitsu Asia. “Visi Fujitsu adalah bisa membawa beban kerja seberapa pun besarnya ke Cloud yang tepat, memberikan pengalaman Cloud yang terpadu kepada pengguna, dan menghadirkan platform manajemen terintegrasi bagi TI. Kami memiliki portofolio Cloud yang kokoh dan lengkap, mulai dari jasa profesional, rangkaian teknologi, perkakas manajemen layanan dan keahlian dalam menentukan Cloud yang sesuai dengan kebutuhan bisnis.”